Jare ne Mbah (Kata Nenek) - 10

 BENJENG


Pada suatu hari di Gresik ada sebuah desa yang kecil dan terpencil, jumlah penduduknya tidak banyak dan mayoritas miskin. Karena hanya berpenghasilan dari bertani dan ada juga berdagang eceran. Pada suatu hari para penduduk tersebut mengalami gagal panen maupun berdagang tidak laku. Dan akhirnya penduduk tersebut bersepakat untuk meminjam dana atau uang yang digunakan sebagai modal untuk bertani lagi maupun untuk modal dagang.

Para penduduk mendatangi desa yang penduduknya mayoritas kaya, yakni desa Tanggulangin. Penduduk desa yang mengalami bencana ini meminjam modal yang cukup besar dari desa Tanggulangin. Namun desa Tanggulangin ini memberi pinjaman dengan tidak cuma-cuma, mereka yang meminjam modal itu harus membayar dengan bunga yang cukup besar.

Enam bulan telah berlalu dan para penduduk berhasil dalam panen maupun berdagang lancar, namun penduduk tersebut enggan untuk mengembalikan modal yang dipinjam dari desa Tanggulangin tersebut. Jadinya, desa Tanggulangin pun menagih hutang yang mereka pinjamkan. Namun para penduduk berkata benjeng mawon (besok saja) saat ditagih. Jadinya, penduduk desa Tanggulangin memberi waktu satu minggu lagi untuk segera melunasi hutang-hutangnya.

Saat penduduk desa Tanggulangin mendatangi dan menagih hutang lagi, ternyata penduduk berkata dengan kalimat yang sama, yakni benjeg mawon. Itu pun berkali-kali penduduk desa Tanggulangin menagih. Akhirnya penduduk desa Tanggulangin merasa kesal dan menjuluki desa itu sebagai desa Benjeng, karena mereka selalu berkata benjeng mawon. Sehingga para penduduk desa tetangga pun mengenal desa itu dengan nama desa Benjeng. Itulah asal usul desa Benjeng.

Sumber dongeng: Pak Lek Totok, 56 tahun, Benjeng Gresik

diceritakan kembali oleh A. Nur Hidayat 

Comments