Jare ne Mbah (Kata Nenek) - 11

 SUMUR DESA ROMO


Pada saat Sunan Giri melakukan perjalanan untuk berdakwah. Sunan Giri mengelilingi kota Gresik mulai dari pesisir sampai ke daerah perdalaman. Sunan Giri bermaksud agar agama Islam tersebar di seluruh kota Gresik. Ketika Sunan Giri berjalan, saat itu matahari berada pas di atas kepala (siang hari). Sunan Giri singgah di suatu desa kecil terletak di pesisir. Desa tersebut bernama Romo.

Pada saat tiba di desa tersebut Sunan Giri singgah di sebuah masjid yang terletak di gerbang masuk desa tersebut. Masjid tersebut masih sederhana. Hanya terbuat dari tumpukan kayu dan masih beralas tanah liat. Di dekat masjid tersebut terdapat sebuah pohon besar rindang.

Sunan Giri berjalan menuju ke sumur yang berada di bawah pohon tadi. Di dekat sumur tersebut ditumbuhi rumput-rumput kecil serta pohon mangga yang sampai sekarang masih ada. Ketika Sunan Giri menimba tiba-tiba ada penduduk yang datang mereka lalu melarang Sunan Giri untuk meminum air tersebut. Tanpa pikir panjang Sunan Giri langsung ingin meminum air tersebut.

Tiba-tiba sebuah batu kerikil mengenai Sunan Giri. Ketika melihat ke samping, Sunan Giri melihat penduduk desa melemparinya dengan batu. Kemudian Sunan Giri marah. Sunan Giri pun mengutuk sumur tersebut: “Barang siapa yang meminum air ini, maka kelak jika mati maka mereka akan menjadi setan gentayangan,”

Setelah beberapa hari kemudian ada penduduk yang meninggal dunia. Pada hari ketiga setelah kematiannya, penduduk desa digegerkan oleh ulah setan gentayangan. Wajah setan itu menyeramkan. Kata orang sekitar: setan itu mirip seekor kelinci berwarna putih,  telinganya lebar, hidung panjang, gigi bertaring, mata menyala merah seperti sinar laser. Selain itu namanya Jerangkong. Katanya setan itu suka makan telur ayam yang berada di rumah-rumah. Kemudian penduduk ingat bahwa yang mati pernah meminum air sumur tersebut. Sampai sekarang sumur itu masih ada.

 

Sumber dongeng: Kasri, 95 tahun, Gresik

diceritakan kembali oleh Bayu Prasetyo 

Comments