Jare ne Mbah (Kata Nenek) - 12

 ASAL USUL SURABAYA


Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Kedua hewan ini adalah penguasa di darat dan di laut. Mereka sering berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya ini sama-sama kuat, tangkas, cerdik, ganas dan rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi tetapi tidak ada yang menang dan kalah. Akhirnya pada suatu hari penguasa ini mengadakan perundingan. Untuk mencegah terjadinya perkelahian terus-menerus mereka sepakat membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Yang Sura berkuasa di air dan mencari mangsa di air. Sedangkan Buaya berkuasa di daratan dan mencari mangsa di daratan.

Tetapi pada suatu hari, ikan hiu Sura mencari mangsa di sungai (daratan). Dan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak tahu. Pada suatu hari Buaya memergoki Sura mencari makan di sungai dan Sura berarti melanggar janjinya. Hal ini membuat Buaya menjadi marah besar dan menegur Sura. Tetapi Sura mengelak atas tuduhan Buaya. Karena sungai termasuk wilayah air. Buaya terus marah, sebab kelihatannya Sura mengakali Buaya. Dan Buaya menantang berkelahi. Sura pun menerimanya. Perkelahian ini terjadi di sungai Kalimas.

Pertarungan ini sangat sengit sekali dan terus bertarung tanpa istirahat sama sekali. Dalam waktu yang tidak lama sungai pun menjadi merah karena darah yang keluar dari kedua hewan itu. Dalam pertarungan itu Buaya mendapat gigitan Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya ekornya Sura digigit Buaya hingga hampir putus. Pertarungan ini kemudian dibuat sebagai nama kota Surabaya.

 

Sumber dongeng: mbah Kakung, 70 tahun, Surabaya

 diceritakan kembali oleh M. Arifin 

Comments