Jare ne Mbah (Kata Nenek) - 6

 GUNUNG BATANG


Namanya Gunung Batang (mayat), satu gunung yang dahulu berada di salah satu tempat di kabupaten Gresik . Ceritanya begini: ada seseorang tandak. Tandak itu cantik dan digemari pria-pria hidung belang. Pada suatu hari datang seorang pelaut. Pelaut itu mendatangi tandak tersebut untuk diajak bersenang-senang. Tetapi tandak itu sedang sakit. Akhirnya tandak itu mengajak pelaut untuk meminum-minuman keras. Setelah meminum-minuman keras, pelaut itu mati.

Berita itu terdengar sampai di telinga kanjeng atau Bupati. Bupati pun bertindak dan akhirnya tandak itu pun diadili. Tandak itu harus dihukum gantung. Sebelum dihukum, tandak itu meminta permohonan pada Bupati agar diizinkan bertapa di sebuah batu besar yang ada di Giri.

Bupati pun mengizinkan tandak itu bertapa. Setelah cukup bertapa, hukuman gantung pun dilaksanakan. Tempatnya di alon-alon Gresik. Dan setiba di alon-alon, tandak itu pun meminta permohonan 1 kali lagi kepada Bupati, yaitu: saat digantung tolong dimainkan gending loro tangis. Permohonan itu pun dikabulkan oleh Bupati. Tandak itu akhirnya sudah siap di tali gantungan. Dan pada saat gending loro tangis dimainkan, tali penggantung ternyata putus dan tandak itu tak jadi mati.

Akhirnya, Bupati memberikan kesempatan tandak untuk hidup selama setengah bulan lagi. Dalam waktu setengah bulan itu, pun digunakan untuk bertapa kembali di batu besar di Giri. Dan ketika waktu pun sudah habis tandak itu pun kembali ke alon-alon dan melaksanakan hukuman gantung.

Tandak itu meminta kembali dimainkan gending loro tangis. Kepala tandak itu pun sudah di dalam lingkaran tali gantungan. Gending pun dimainkan. Saat tali ditarik, talinya ternyata putus lagi dan tandak itu pun lagi-lagi tidak jadi mati. Kemudian, Bupati memutuskan bahwa tandak itu tidak bersalah dan harus dibebaskan dari hukuman. Setelah dibebaskan dari hukuman, tandak itu pun kembali lagi ke batu besar di Giri untuk bertapa. Sampai akhirnya meninggal di batu besar itu.

Mayat tandak itu tidak bisa dipindahkan untuk dikubur. Dan tertimbun endapan-endapan tanah. Lalu menjadi gunung. Warga akhirnya menamainya Gunung Batang. Dan di sebelahnya ada desa yang disebut Desa Batang.

 

Sumber dongeng:Pak De Hariyanto, 61 tahun, Gresik 

diceritakan kembali oleh Esti Santa Ria 

Comments